4views, 0 likes, 0 loves, 0 comments, 0 shares, Facebook Watch Videos from Kang Awin: Cukuplah dunia dalam genggaman, dan akhirat di dalam hati. #tausiyah #motivasiislami #kelaskangawin
YaAllah,jauhkan kami dr tipu daya dunia ,Jika Engkau titipkan dunia pd kami, letakkan ia di genggaman kami bukan di hati kami. 04 Aug 2022
DUNIADI GENGGAMAN, AKHIRAT DI HATI Bagikan Artikel ini. Terkadang hati dan iman kita sedang lemah, kita bisa jadi timbul rasa iri, mereka bisa segera meraih kenikmatan dunia, sedangkan kita terkadang sibuk dengan menuntut ilmu dan dakwah sehingga dunia tidak banyak kita dapat. Maka kita ajaklah mereka berlomba-lomba dengan akhirat misalnya:
Sebuahlubang peluru bundar di dadanya Puisi Untuk Sekolahku Puisi sederhana ini untukmu Ku persembahkan untuk sekolahku Tempat sederhana di mana aku belajar mungkin, adikku, kerana itu kita begitu terdesak untuk setiap apa yang kita susun dari seawal remaja Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi
Seemore of Dunia di tangan Akhirat di hati. on Facebook. Log In. Forgot account? or. Create new account. Not now. Pages Other Community Dunia di tangan Akhirat di hati.
Nama: Riri MarsallindaNIM : 1900006030Kelas : A / Semester 6Mata Kuliah : Ilmu Dakwah
Dunia di tangan, akhirat di hati • Jutawan beriman. Doa Abu Bakar ra: "Jadikanlah kami kaum yang memegang dunia dengan tangan kami, bukan hati kami." Dan doa sahabat Umar bin Khattab: "Ya
HIKMAH| Kekayaan Dunia Akhirat Oleh Biki Zulfikri Rahmat. Nabi Sulaiman AS berdoa memohon kekayaan demi tujuan mulia, yakni digunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk berzikir. Pernyataannya diabadikan di dalam Alquran sebagai berikut, "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang
Hartamujangan masukkan di hati tapi titipkan pada anak yatim, kaum duafa, bangun masjid, sumbang ke pesantren dan lain-lain. Dan bawa keluargamu juga ke surga , jagalah anak Istrimu dari api neraka, didiklah agar benar-benar bertaqwa pada Allah ta ala. Letakkanlah dunia di tangan jangan di hati. Jika dunia berada di genggaman tangan, akan
Untukpuisi, Para penyair tidak merasa perlu memikirkan bait dan lirik dalam puisinya itu 28 Desember 2011 · Filed under kumpulan puisi untuk anak SD Betapa mulianya hati mu Dengan adanya puisi di atas, semoga kita tetap menjadi orang-orang yang cinta dan peduli dengan alam sekitar Aku suka mencoret-coret, merangkaikan kata menjadi tak
c2QC0. Oleh Ummu Afif aktivis muslimah di Malang Raya"Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu dan kematian di pelupuk matamu" Imam Syafi'iNasihat ini mengingatkan kita untuk membuat prioritas yang tepat. Masing-masing urusan hendaklah dilakukan sesuai dengan kepentingannya. Mana diantara semua urusan yang akan membawa dampak sementara, dan mana yang akibatnya berlangsung selamanya. Pada setiap perbuatan yang dilakukan, haruslah dipikir dengan baik dengan sungguh-sungguh memperhatikan segala dunia ibaratnya hanya sekejap mata. Ia akan punah bila tiba masanya. Seperti halnya manusia tidak ada yang hidup abadi. Ia akan mati dan dikubur dalam tanah. Kembali pada Sang Pencipta. Setelah kematian, memang urusan manusia di dunia telah selesai, tidak bisa lagi mencampuri mereka yang masih hidup. Namun, tidak lantas berhenti tanpa ada kelanjutannya. Ada kehidupan baru setelah kematian, yakni akhirat. Dan inilah kehidupan yang kekal dari itu, bijaklah dalam mengambil sikap selama di dunia. Berhati-hati dalam berbuat merupakan pilihan yang cerdas. Karena setiap perbuatan di dunia akan menentukan kehidupan di akhirat perlu terpukau dengan kehidupan dunia. Kilaunya memang begitu menggoda untuk dimiliki. Tidak menafikan bahwa manusia membutuhkan apa yang dunia sediakan. Selayaknya manusia hidup membutuhkan materi. Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan adalah dasar bagi setiap manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Harus dicukupi. Tidak ingin memiliki banyak harta, tahta, dan cinta sebagai wujud manusiawinya. Itu wajar. Terlebih di saat dunia menawarkan begitu banyak pesonanya. Seolah menarik-narik untuk mengambil semuanya. Ambillah dunia hanya secukupnya saja. Sekadar untuk menegakkan punggung agar bisa terus beribadah kepadaNya. Jangan sampai kita terlalu fokus pada dunia hingga melupakan kehidupan yang kekal di sana nanti. Hilangkan anggapan bahwa dunia segala-galanya, betapapun ia amat menggiurkan. Semua yang ada di dunia hanyalah sementara, akan binasa dunia menghampiri, jangan menolaknya. Pun jika dunia pergi jangan terlalu merana. Sebagaimana kita mengenggam sesuatu di tangan. Setiap saat bisa terlepas. Tak perlu bersedih bila apa yang sekarang ada dalam dekapan kita, hilang atau beralih kepada yang lainnya. Karena sejatinya bukanlah kita yang berkuasa memiliki untuk adalah tempat manusia menanam amal dan akhirat menjadi tempat memanen atas semua yang telah dilakukan. Menjadikan dunia sebagai tempat untuk mencari bekal sebanyak mungkin merupakan sesuatu yang harus selalu dalam ingatan. Berbagai kenikmatan yang didapat di dunia hendaknya menjadi sarana untuk beribadah kepada Allah. Mensyukuri nikmat dunia dengan memacu diri kita untuk semakin taat pada Sang Khaliq. Firman Allah dalam Al-Qashash 77“Dan carilah negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu. Tetapi janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia…”Seindah apapun dunia tetaplah bahwa manusia bagaikan seorang musafir yang berteduh di bawah pohon. Beristirahat sejenak, kemudian pergi meninggalkanya. Dan selanjutnya kembali ke kampung akhirat. Senyaman apapun dunia, ingatlah bahwa itu tak berlangsung selamanya. Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Sebagus apapun jembatan, adakah yang mau menempatinya? Jembatan tempat berlalu-lalangnya orang. Di situlah hilir mudik beragam manusia dengan segala problemanya. Tak ada privasi. Sungguh tak nyaman, bila memiliki rumah semacam itu. Karena itu, amat tak layak menjadikan dunia sebagai tempat tinggal yang kekal. Dan yang tepat adalah kita jadikan dunia sebagai sarana dalam menempuh apapun dunia, manusia akan jadi orang asing di dalamnya. Tak berhak mengakui sebagai pemiliknya. Semua yang di sana, bukanlah kepunyaan manusia. Karena apa yang ada di dunia, termasuk manusia itu sendiri, adalah berasal dari Allah dan hanya kepadaNya pula manusia kembali. Seindah apapun dunia tetaplah lebih jelek daripada bangkai anak kambing yang cacat. Dan ia tak lebih berharga dari sehelai sayap nyamuk. Karena itulah, jangan terlalu cinta dan kagum pada dunia, sehingga melupakan Akhirat yang Allah dalam Al-An'am 32 yang Artinya “Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri Akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang- orang yang bertakwa. Tidaklah kamu mengerti?”Kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Janganlah terperdaya dengan berbagai kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat berupa ketaatan dan hal-hal yang membantunya. Bagi mereka yang bertakwa, maka surga jauh lebih baik dibanding dunia fana. Karena di surga terdapat apa yang mereka inginkan dan kenikmatan apapun serta penuh dengan kegembiraan. Dan itu semua kekal adalah pasti. Dalam setiap detik, menit, jam, hari semua dalam perjalanan menuju kematian. Yang mana, tak seorang pun yang tahu kapan ajal datang. Karena itulah persiapkan diri kita sebaik mungkin menuju sesuatu yang kekal selamanya kelak. Berletih-letihlah untuk urusan akhirat kita, agar tidak menyesal di kemudian mengapa para Rosul, sahabat, ulama menghabiskan waktunya untuk mencari ilmu dan mengajarkanya? Mengapa para Mujahid begitu gembira dengan seruan jihad, bahkan menyambut kematian?Jawabanya adalah karena menjadikan akhirat dalam hatinya. Akhirat-lah yang menjadi fokus. Di sana adalah tempat tinggal yang saatnya manusia sadar dan berbenah. Mengupayakan dengan dakwah amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat. Agar kita punya hujah di hadapan Allah ketika sudah kembali di alam bish-shawab.
Bagi saya, bagian berat dalam mencari pekerjaan adalah menjaga hati. Karena kalau 'sekedar' bolak-balik luar kota untuk ikut psikotest dan interview, fisik saya insyaAllah beda dengan hati yang suka kita ga sadari berubah arah haluan. Dalam kurun beberapa bulan ini, saya sibuk nyari kerja sana sini. Hasilnya kebanyakan nihil. Ya gapapalah, namanya juga belum rezeki, ucap saya waktu itu. Ucapan ini selalu berhasil saya lontarkan di tiap kegagalan cari kerja dan emang saya let it flow sesuatu berubah ketika saya mulai mempertanyakan "apa yang salah ya dari persiapan saya?". Karena saya kerap cek common mistakes saya dalam hal teknis CV, psikotest, interview, dan saya perbaiki kok. Pertanyaan tadi ga salah, namun ketika pertanyaan itu berubah menjadi rasa ketidakPDan, maka hati saya rasanya sempit tiba-tiba. Belum lagi saya disuguhkan liat teman-teman saya yang rasanya sudah/sedang menuju puncak kejayaan di hidupnya. Serius, hati saya jadi sesak. Pandangan saya jadi kosong utk beberapa muncul lah rasa minder saya. Pertanyaan seperti "nanti kalo gabisa punya rumah atau aset gono gini gimana, ga kayak si itu yg udah punya ini itu?" spt bisikan iblis. Pikiran saya kerap memotivasi saya utk jatuh. Hati saya makin sesak."There must be something wrong with me"Iya. Saya bilang gitu karena saya biasanya gak gitu. Ah, emang dasar aja yasudah, isenglah saya sliweran di Youtube, cari hiburan. Ya beberapa video lucu cukup menghibur saya, tapi tidak mengisi atau meluaskan hati saya yang sempit. Saya sadar hati saya sempit, makanya saya butuh motivation sengaja, saya ketemu videonya Ust. Oemar Mita judulnya "Tanda Anda Sudah Menjadi Budak Dunia". Instan, saya langsung klik! Sepertinya sudah naluri. Memang Allah ingin saya melihat video itu video itu, ust. Oemar Mita menyebutkan beberapa hal tanda seseorang menjadi budak dunia. Tapi saya langsung mendapat motivation sparks saya di poin pertama. Apa yang pertama? Yaitu ketika ibadah kita diniatkan semata-mata untuk mendapatkan dunia. Shalat kita mungkin tuma'ninah, tapi dalam hati sebetulnya ingin agar kita dapat segenggam dunia. Sedekah, tapi niat biar kaya. Puasa, biar dapet kerja. Berbuat baik, biar mudah dapet jodoh. Lalu, beliau menyebutkan sebuah ayat dalam Al-Quran, yang membuat Sahabat paling menangis ketika membacanya. Yaitu surat Hud ayat 15-16مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَيُبْخَسُونَ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي اْلأَخِرَةِ إِلاَّ النَّارَ وَحَبِطَ مَاصَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” Referensi Dari sini saya langsung mempelajari 2 hal. Pertama, ibadah saya. Saya coba cek ibadah saya, seperti shalat dan puasa ramadhan, apa jangan-jangan selama ini ibadah saya diniatkan cuma biar dapet kerja. Apa sedekah saya diniatkan agar saya dapat harta berlimpah ruah dan jodoh? Apa kebaikan saya selama ini saya niatkan agar Dia kasih keinginan dunia tentang akhir dari segalanya. Saya lupa, hidup ini bukan cuma tentang mencari pekerjaan, harta, jodoh, kekuasaan, harta, dll. Saya lupa bahwa ada kehidupan abadi, akhir dari dunia tapi awal dari segalanya. Saya lupa bahwa bumi ini kecil. Saya lupa kalo bumi dibanding langit pertama hanya seperti cincin di padang pasir. Kenapa saya jadi sefana ini?Akhirnya saya menyadari bahwa saya menaruh dunia ini di hati saya. Wajar hati saya jadi sempit. Padahal harusnya dunia ini hanyalah di genggaman tangan.
Terkadang hati dan iman kita sedang lemah, kita bisa jadi timbul rasa iri, mereka bisa segera meraih kenikmatan dunia, sedangkan kita terkadang sibuk denganmenuntut ilmu dan dakwah sehingga dunia tidak banyak kita dapat. Maka kita ajaklah mereka berlomba-lomba dengan akhirat misalnya -ketika mendengar teman sudah bisa punya rumah dengan membayar KPR maka kita katakan, kita juga sedang membangun rumah disurga dengan memakmurkan masjid dan amalan lainnya. -ketika mendengar anak tetangga lancar les bahasa inggris, maka kita katakan, anak kita sudah lancar bahasa Arab . -ketika mendengar teman sudah kulias S2 atau S3 di Amerika dan Eropa maka kita katakan, saya sudah menghapal sekian juz Al-Quran dan berpuluh-puluh hadits. Al Hasan Al Bashri mengatakan, إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة “Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.” Wahib bin Al Warid mengatakan, إن استطعت أن لا يسبقك إلى الله أحد فافعل “Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridha Allah, lakukanlah.” Sebagian salaf mengatakan, لو أن رجلا سمع بأحد أطوع لله منه كان ينبغي له أن يحزنه ذلك “Seandainya seseorang mendengar ada orang lain yang lebih taat pada Allah dari dirinya, sudah selayaknya dia sedih karena dia telah diungguli dalam perkara ketaatan.”[1] Jangan sering melihat kenikmatan orang lain dan lupa nikmat sendiri Janganlah kita sebagaimana orang yang melihat bagaimana kemegahan Qarun dan ingin menjadi seperti Qarun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ “Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia “Moga-moga kiranya kita ini mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Al-Qashash 79 Inilah perkatan orang-orang yang cenderung terhadap dunia saja. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, فلما رآه من يريد الحياة الدنيا ويميل إلى زخرفها وزينتها، تمنوا أن لو كان لهم مثل الذي أعطي “Tatkala qorun dilihat oleh mereka yang mengingikan kehidupan dunia dan cenderung kepada gemerlap dan perhiasannya maka mereka berangan-angan seandainya mereka sebagaimana Qarun diberi kenikmatan.”[2] Dan kita diperintahkan agar jangan terlalu silau dan terpana dengan kenikmatan orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Rabb-mu adalah lebih baik dan lebih kekal. “ Thaha 131 Melihat kenikmatan orang lain dan membanding-bandingkan dengan kita hanyalah membawa kesedihan dan menambah duka saja. Al-Baghawi rahimahullah berkata, قال أبي بن كعب من لم يعتز بعز الله تقطعت نفسه حسرات، ومن يتبع بصره فيما في أيدي الناس طال حزنه “Berkata Ubay bin Ka’ab Barangsiapa yang tidak merasa mulia dengan kemulian dari Allah akanmemutuskan dirinya sendiri dalam kerugian. Barangsiapa yang mengikuti pandangannya terhadap apa yang ada ditangan manusia maka akan semakin bertambah kesedihannya.”[3] NOTE bukan berarti kita tidak boleh mengejar dunia, tapi kejar dunia untuk orientasi dan tujuan akhirat “Dunia di genggaman, akhirat tetap di hati” Gedung Radiopoetro, FK UGM, Yogyakarta Tercinta Penyusun Raehanul Bahraen Artikel silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan follow twitter [1] Latha’if Al-Ma’arif Ibnu Rajab, hal. 244, Dar Ibnu Hazm, cet. I, 1424 H, syamilah [2] Tafsir Ibnu Katsir 6/255, Dar Thayyibah, cet. II, 1420 H, syamilah [3] Tafsir Al-Baghawi 3/281, Dar Ihya’ At-Turats, Beirut, cet. I, 1420 H, syamilah